PENDIDIKAN IPA KELAS TINGGI

HAKIKAT IPA

Meylani C. Mamonto
Wawan Suprianto Nadra

Sejak ada peradaban manusia, orang telah dapat mengadakan upaya untuk mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. Mereka telah dapat membedakan hewan atau tumbuhan mana yang akan dimakan. Mereka telah dapat menggunakan alat untuk encapai kebutuhanya. Dengan menggunaka alat, mereka telah merasakan manfaat dan kemudahan-kemudahan untuk mencapai suatu tujuan. Kesemua itu menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan dari pengalaman dan atas dorongan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Berkat pengalaman pula, mereka mengenal beberapa macam tumbuhan yang dapat dijadikan obat dan bagaimana cara pengobatanya.
            Mereka telah mampu pula untuk mengadakan pengamatan dan melakukan abstraksi. Dari pengamatan bahwa dengan cara menggosokan tangan timbul kehangatan, maka timbul gagasan untuk menggosokan kayu sehingga ditemukan api. Mulai pengamatan terhadap objek di sekitarnya, kemudian mereka mengarahkan pandangan ke objek yang lebih luas seperti bulan, bintang, matahari. Akibatnya, pengetahuan mereka lebih meluas. Tetapi pengetahuan mereka tetap dalam bentuk sederhana, diperoleh dengan caraberpikir sederhana pula.
 B.  Rumusan Masalah
  1. Apa Itu Hakikat IPA?
  2. Apa Itu Hakikat Pendidikan IPA?
  3. Bagaimana Model Pembelajaran IPA?

C. Tujuan
  1. Untuk mengetahui Hakikat IPA
  2. Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan IPA
  3. Untuk mengetahui bagai mana Pembelajaran IPA

Hakikat IPA
IPA atau sains (Inggris:sciences) terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut Biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik dari alam disebut Fisika, dan khusu untuk bumi dan antariksa disebut Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut Ilmu Kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan atau gejala tertentu, perbedaan ini sudah tidak nampak lagi.
Pertanyaan klasik yang muncul apabila kita akan membahas mengenai sains, adalah apakah sains itu? Sains sebagai ilmu pengetahuan alam yang meliputi: fisika, kimia, dan biologi.
Secara etimologi, Fisher (1975:5) menyatakan kata sains berasal dari bahasa Latin, yaitu scientia yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan (knowledge). Kata sains mungkin juga berasal dari bahasa Jerman, yaitu Wissenchaft yang artinya sistematis, pengetahuan yang terorganisasi. Sains diartikan sebagai pengetahuan yang secara sistematis tersusun (assembled) dan bersama-sama dalam suatu urutan terorganisasi. Misalnya, pengetahuan tentang fisika, biologi, dan kimia.
Istilah sains secara umum mengacu kepada masalah alam (nature) yang dapat diinterpretasikan dan diuji. Dengan demikian keadaan alam merupakan keadaan materi yaitu atom, molekul dan senyawa, segala sesuatu yang mempunyai ruang dan massa, sepanjang menyangkut 'natural law' yang memperlihatkan 'behaviour' materi, merupakan pengertian dari sains, yaitu: fisika, kimia, dan biologi.
Menelusuri definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai sains atau IPA, ditemukan beragam bentuk dan penekanannya. Misalnya definisi sains, yaitu sains merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan observasi serta sesuai untuk eksperimentasi dan observasi berikutnya (Jenkins & Whitefield:1974; Conant: 1975).
Davis dalam bukunya On the Scientific Methods yang dikutip oleh Chalmers menyatakan sains sebagai suatu struktur yang dibangun dari faktafakta. Bronowski, seorang saintis dan juga filosof tentang sains, menyatakan sains merupakan organisasi pengetahuan dengan suatu cara tertentu berupa penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang tersembunyi yang ada di alam.
Batasan yang dikemukakan oleh Jenkins dan Whitefield, dan Bronowski  tentang sains sepertinya masih hanya berkisar kepada kumpulan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang diperoleh oleh para saintis atau ahli Sains (Jenkins & Whitefield:1974; Conant: 1975). Tetapi cara atau metode yang digunakan untuk memperoleh konsep-konsep itu belum secara jelas-jelas dikatakan sebagai sains, hanya dinyatakan sebagai cara-cara terstruktur dan sistematis. Dengan demikian, lingkupnya hanya sebatas pada kumpulan konsep-konsep atau prinsip-prinsip. Proses kreatif untuk memperoleh kumpulan konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu, tampak belum masuk di dalam batasan di atas.
Siklus proses ilmiah (Gambar 2.1) dapat dimulai dari adanya (1) fokus masalah, ditunjang dengan (2) data yang ada dan (3) teori yang ada, maka rumusan masalah dapat dibuat. (4) Teori yang ada digunakan melalui perumusan hipotesis, definisi operasional, dan membuat model untuk membuat prediksi terhadap penjelasan masalah yang dirumuskan. Penerapan teori yang proporsional membimbing pendekatan dalam mengobservasi dan meneliti serta alat ukur yang digunakannya untuk proses (5) pengambilan data. Data yang diperoleh dibuat klaifikasinya berdasarkan persamaan dan perbedaannya, melalui proses (6) pengorganisasian data. Data yang telah diorganisasikan, digunakan dengan cara membuat analogi, generalisasi, teori, dan kaedah-kaedah (sebagai panambahan atau revolusi terhadap teori sebelumnya), melalui proses (7) penggunaan data. Sehingga berulang siklus berikutnya.
Berdasarkan pengertian sains seperti tersebut di atas, seringkali kita saksikan suatu pembelajaran sains yang hanya memungkinkan peserta didik mengartikan sains hanya sebagai tubuh dari ilmu tanpa memahami proses dan kualitas manusia yang melakukan inkuari ilmiah. Jadi sains hanya diapresiasikan sebagai kumpulan fakta, konsep, dan prinsip ilmiah belaka.
Chalmers (1980:1) menyatakan sains didasari oleh hal-hal yang kita lihat, dengar, raba, dan lain-lain. Pendapat atau pemikiran imajinatif tidak dapat dikatakan sebagai sains. Sains bersifat objektif dan dapat dibuktikan. Dapat dikatakan batasan ini lebih menekankan kepada cara memperoleh sains, yaitu melalui observasi. Sains sebagai kumpulan konsep atau prinsip tidak secara jelas dikemukakan.
Fisher (1975:6) menyatakan batasan sains, adalah body of knowledge obtained by methods based upon observation. Suatu batang tubuh pengetahuan yang diperoleh melalui suatu metode yang berdasarkan observasi. Cambbell (dalam Fisher, 1975:7) menyatakan sains sebagai sesuatu yang memiliki dua bentuk, yaitu (1) sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan yang berguna, pengetahuan praktis, metode memperolehnya; dan (2) sains sebagai hal yang murni aktifitas intelektual. Bube (dalam Fisher, 1975:9) menyatakan sains sebagai  pengetahuan tentang alam yang diperoleh melalui interaksi antara akal dengan dunia.
Definisi yang diajukan oleh Fisher dan Campbell telah memasukkan bersama-sama pengetahuan dan metode. Definisi yang diajukan oleh Bube meliputi (a) observasi terhadap fenomena alam, (b) proses observasi merupakan interaksi satu arah dari yang melakukan observasi ke yang diobservasi.
Benyamin (dalam Fisher, 1975:10) menyatakan sains sebagai suatu pertanyaan yang berusaha sampai kepada pengetahuan tentang alam melalui metode observasi dan metode mencocokkan hipotesis dengan yang diperoleh dari observasi. Benyamin menekankan kepada metode dan pengetahuan yang diakumulasikannya, sedangkan sains dapat berkembang secara revolusi.
Suatu batasan tentang sains yang lebih lengkap dikemukakan oleh Sund. Sund, dkk (1981:40) menyatakan sains sebagai tubuh dari pengetahuan (body of knowledge) yang dibentuk melalui proses inkuari yang terus-menerus, yang diarahkan oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang sains. Sains lebih dari sekedar pengetahuan (knowledge). Sains merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan dan strategi memanipulasi dan menghitung, keingintahuan (curiosity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta. Sains juga dapat dikatakan sebagai hal-hal yang dilakukan ahli sains ketika melakukan kegiatan penyelidikan ilmiah.
Untuk selanjutnya, langkah-langkah atau proses yang ditempuh para ilmuwan dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode yang digunakan secara umum, kemudian disebut metode ilmiah. Metode ini memungkinkan berkembangnya pengetahuan dengan pesat, jelas adanya hubungan timbal balik antara fakta dan gagasan. Fakta yang didapat melalui pengamatan diolah dan disajikan oleh ilmuwan dan disebut data.
Menurut fakta, bensin yang mengenai kulit lari ke udara (dari kulit yang kena bensin lari ke udara). Timbul gagasan atau ide bahwa bensin menguap. Maka menguap merupakan konsep. Air, alkohol, minyak tanah dapat juga menguap. Zat ini mempunyai sifat yang sama pula, misalkan mudah berubah bentuk menurut tempatnya dan mudah mengalir. Maka timbul konsep zat cair. Demikianlah seterusnya, cair, padat uap, suhu, kalor, panas, dingin, merupakan konsep-konsep yang relevan dengan masalah di atas.
konsep adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman yang relevan

Tentu sekarang kita dapat mengatakan bahwa IPA/sains sebagai rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan berkembang sebagai hasil percobaan. Masalah di atas dapat terjawab dengan menggunakan konsep-konsep tersebut.
Kulit menjadi dingin karena suhu turun. Suhu turun karena kalor diambil dari kulit. Kalor terpakai untuk penguapan. Hal ini berlaku juga untuk zat cair lainnya. Jadi berlaku umum bahwa, untuk pengauapan, ialah perubahan wujud cair menjadi uap diperlukan kalor atau energi panas. Kesimpulan ini disebut prinsip.
Prinsip  adalah generalisasi meliputi konsep-konsep yang bertautan atau adanya hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya
Peristiwa penguapan terjadi karena ada molekul zat cair yang meninggalkan cairan masuk ke atmosfir. Mengapa hal ini dapat terjadi? Untuk dapat menerangkan ini kita harus memandang bahwa zat terdiri dari molekulmolekul, ialah bagian terkecil yang masih mempunyai sifat zatnya. Untuk mempelajari sifat gas ataupun uap, kita gunakan beberapa prinsip mekanika pada molekulnya. Ternyata pada tinjauan ini ditemukanlah hubungan antara satu prinsip dengan prinsip lainnya. Bentuk hubungan ini dapat digeneralisasi, maka didapatlah suatu teori.
Teori adalah generalisasi prinsip-prinsip yang berkaitan dan dapat digunakan untuk menjelaskan gejala -gejala alam
Dengan teori kita dapat menghubungkan, menerangkan dan meramalkan berbagai macam hasil percobaan dan observasi. Teori yang ditemukan melalui penelaahan sifat gas kemudian disebut teori kinetik gas. Teori ini dapat dikembangkan sehingga dapat menerangkan sifat tiap wujud zat, dan disebut teori molekul zat. Tentu Anda mengenal pula teori-teori lainnya seperti teori evolusi, teori atom teori gravitasi dan lain-lain.
Dengan demikian kita dapat memandang IPA/sains dalam bentuk kumpulan konsep, prinsip, teori, dan hukum sebagai produk yang diperoleh para ilmuwan atau IPA/sains sebagai produk. Sedangkan memandang IPA/sains dari sudut pola berpikir atau metode berpikirnya disebut IPA/sains sebagai proses.
Proses sains merujuk pada proses-proses pencarian sains yang dilakukan para ahli disebut science as the process of inquiry. IPA memiliki sesuatu metode, yang dikenal denga scientific method atau metode ilmiah, yang meliputi kegiatankegiatan seperti:
       Perumusan masalah
Yang dimaksud dengan masalah disini merupakan pertanyaan apa, mengapa atau bagaimana tentang objek yang diteliti yang jelas tentang batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya
       Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan Hipotesis
Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premispremis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
       Perumusan Hipotesis
Merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan materinya. Juga merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
       Pengujian Hipotesis
Merupakan langkah pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperhatikan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak dan telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.
       Penarikan kesimpulan
Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Bila dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipoteis itu diterima. Sebaliknya, jika dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan, yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya.
            Untuk melakukan metode ilmiah diperlukan sejumlah keterampilan sains yang sering disebut science processes skills. Proses sains meliputi mengamati, mengklasifikasi, menginfer (menarik kesimpulan), memprediksi, mencari hubungan, mengukur, mengkomunikasikan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengontrol variabel, menginterpretasikan data, menyimpulkan.
Karena itu IPA/Sains dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sitematik, dirumuskan secara umum, ditandai oleh penggunaan metode ilmiah dan munculnya sikap ilmiah. Definisi ini lebih memandang IPA/sains sebagai produk dan sebagai proses.
Dalam perkembangannya sains dapat terjadi secara akumulatif, yaitu konsep, prinsip, hukum, dan teori sebelumnya menjadi landasan bagi terbentuknya konsep, prinsip, hukum, dan teori berikutnya. Di samping itu pengembangan sains dapat juga terjadi secara revolusi, yaitu paradigma yang terdahulu tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai sehingga terjadi akumulasi anomali. Selanjutnya paradigma yang lama ditumbangkan dengan paradigma yang berikutnya dan terjadilah scientific revolusions  (Sund, dkk. 1981:312).
Selain menggunakan metode ilmiah, para ilmuwan IPA perlu pula memiliki sikap ilmiah (scientific attittudes), agar hasil yang dicapainya itu sesuai dengan harapannya. Sikap-sikap tersebut antara lain:
1.    Obyektif terhadap fakta atau kenyataan, artinya bila sebuah benda menurut kenyataan berbentuk bulat telur, maka dia secara jujur akan melaporkan bahwa bentuk benda itu bulat telur. Dia berusaha untuk tidak dipengaruhi oleh perasaannya.
2.    Tidak tergesa-gesa di dalam mengambil kesimpulan atau keputusan. Bila belum cukup data yang dikumpulkan untuk menunjang kesimpulan atau keputusan. Seorang ilmuwan IPA tidak akan tergesa-gesa menarik kesimpulan. Ia akan mengulangi lagi pengamatan-pengamatan dan percobaan-percobaannya, sehingga datanya cukup dan kesimpulannya mantap, karena didukung oleh data-data yang cukup dan akurat.
3.    Berhati terbuka, artinya bersedia mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau penemuan orang lain itu bertentangan dengan pendapatnya sendiri.
4.    Dapat membedakan antara fakta dan pendapat. Fakta dan pendapat adalah hal yang berbeda. Fakta adalah sesuatu yang ada, terjadi dan dapat dilihat atau diamati. Sedangkan pendapat adalah hasil proses berpikir yang tidak didukung fakta.
5.    Bersikap tidak memihak suatu pendapat tertentu tanpa alasan yang didasarkan atas fakta.
6.    Tidak mendasarkan kesimpulan atas prasangka.
7.    Tidak percaya akan takhayul.
8.    Tekun dan sabar dalam memecahkan masalah.
9.    Bersedia mengkomunikasikan dan mengumumkan hasil penemuannya untuk diselidiki, dikritik, dan disempurnakan.
10.  Dapat bekerjasama dengan orang lain.
11.  Selalu ingin tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dari suatu masalah atau gejala yang dijumpainya.
Dalam hubungannya dengan batasan tentang pendidikan sains dikemukakan oleh beberapa ahli, baik yang diperoyeksikan dengan kurikulum sebagai perangkat pendidikan, maupun yang dikaitkan dengan pencapaian peserta belajar dalam mempelajari sains.
Kirkham (dalam Wellington, 1989:136) lebih banyak menekankan sains dalam kurikulum pendidikan; hendaknya sains merupakan akumulasi dari content, process, dan context. Content menyangkut kepada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta, definisi, konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori, model, dan terminologi.
Proses berkaitan dengan keterampilan untuk memperoleh atau menemukan  (atau metodologi) konsep dan prinsip. Context meliputi tiga elemen, yaitu berkaitan dengan : (1) individual; (2) masyarakat; dan (3) keseluruhan pengalaman sekolah (kurikulum).
Context yang berkaitan dengan individu, peserta didik terlibat di dalamnya termasuk hal-hal yang dipelajari peserta didik dalam sains yang bernilai dan bermanfaat dalam kehidupannya, serta proses mengkonstruksi informasi yang diperolehnya. Context dalam kaitannya dengan masyarakat, antara lain dalam pembelajaran sains hendaknya memperhatikan pengaruh sains dan teknologi terhadap masyarakat umum. Sains tidak hanya diterima sebagai aktivitas laboratorium belaka, yang tidak berhubungan dengan isu-isu di masyarakat dan nilai kemanusiaan. Sains hendaknya memberikan solusi, di samping penjelasan alam, terhadap masalah yang dihadapi masyarakat sehari-hari.
 Hakikat pendidikan IPA
Kaitannya dengan keseluruhan kurikulum, bahwa terjadinya belajar pada peserta didik merupakan faktor utama yang paling penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran sains. Agar hal ini dapat tercapai, bahasa yang digunakan hendaknya dapat dimengerti oleh peserta didik dan berkesesuaian dengan teknologi yang ada, karena di sekitar kita penuh dengan hasil teknologi; dan memperhatikan tingkat perkembangan kemampuan peserta didik itu sendiri.
Batasan yang dikemukakan Kirkham lebih tepat untuk pendidikan sains, sebab memasukkan unsur sikap, yaitu pada elemen konteks individu dan masyarakat, di samping unsur content dan process dari sains. Dalam pendidikan sains unsur sikap sangat penting dikembangkan selain unsur konsep dan proses.
DeBoer (1991, 69-70) menyatakan bahwa Komisi Sains yang dipimpin oleh Otis W. Caldwell beranggotakan 47 orang, profesor dalam bidang pendidikan dan kepala sekolah Lincoln School memberikan rasional dalam kurikulum dan arah sains dalam pendidikan sesuai dengan yang diinginkan oleh sains agar pencapaian peserta didik seperti yang diharapkan, yaitu sebagai berikut.
1.    Sains merupakan sesuatu yang bernilai dalam „hidup sehat karena pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan kesehatan individu dapat mencegah mewabahnya penyakit dan mengendalikan berjangkitnya suatu penyakit.
2.    Meskipun sains terus melaju ke arah kemajuan, tetapi sains tetap peduli dengan „worthy home membership’ melalui pembelajaran tentang fungsi dan keterbatasan listrik, sistem ventilasi, pengoperasian dari berbagai alat di rumah yang digunakan dalam sehari-hari.
3.    Pelajaran sains bermanfaat untuk keperluan pekerjaan khusus dalam kehidupan yang umum (misalnya, biologi, fisika, kimia, fisiologi, kesehatan).
4.    Berkaitan dengan tujuan „kemasyarakatan sains memberikan penghargaan yang lebih terhadap kerja dan kontribusinya dalam memberikan masyarakat kemampuan untuk mengambil peran dalam masyarakat.
5.    Kontribusi sains dalam pemanfaatan waktu luang, misalnya melalui pemahaman tentang optik, dan prinsip kimia dalam fotografi, dan pembuatan observasi yang lebih mendalam tentang alam sambil menjelajahi kawasan atau wilayah atau negara atau pantai.
6.    Studi tentang sains memberikan kontribusi dalam pengembangan etika dan karakter melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep kebenaran dan kepercayaan terhadap hukum sebab akibat.

Tujuan yang direkomendasikan oleh komisi tersebut, antara lain, sebagai berikut.
1.    Meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum melalui pendidikan, dengan penyebaran informasi tentang kehidupan sehari-hari, meliputi: kesehatan masyarakat dan personal, pendidikan sex, pengetahuan sanitasi, dan pengetahuan yang membantu masyarakat dalam menggunakan secara benar teknologi modern di rumah dan dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Mengembangkan hubungan sains dan keindahan alam.
3.    Menarik minat peserta didik untuk melakukan studi lanjutan tentang sains dalam mengantisipasi bagi mereka yang memilih karir yang berkaitan dengan sains, sebagai saintis atau ahli lain yang memerlukan pengetahuan sains.
4.    Mengembangkan kemampuan peserta didik mengobservasi, membuat pengukuran yang teliti terhadap suatu fenomena, mengklasifikasikan pengamatan, dan membuat penalaran secara jelas terhadap hasil pengamatan.
5.    Pemahaman yang jelas tentang prinsip-prinsip masing-masing cabang sains, meliputi: fisika, kimia, dan biologi. Masing-masing cabang ini dikembangkan oleh ahlinya masing-masing.
Jadi dapat kita katakan bahwa, pendidikan sains pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik untuk memahami hakikat sains (proses dan produk serta aplikasinya) mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati, dan ketekunan, serta sadar akan nilainilai yang ada di dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif.
Pendidikan IPA hendaknya memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi positif pada dirinya; dan membiarkan serta memupuknya agar
bermekaran „bunga-bunga„ walau pun berbeda tetapi harmonis satu dengan yang lainnya.
Pendidikan IPA adalah suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk memahami hakikat IPA: produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat untuk pengembangan sikap dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif. Tujuan pendidikan sains dewasa ini mencakup lima dimensi, yaitu dimensi:
1.    Pengetahuan dan pemahaman (scientific information)
Dimensi ini mencakup belajar informasi spesifik seperti: fakta, konsep, teori, hukum dan penyelidikan pengetahuan sejarah sains.
2.    Penggalian dan penemuan (exploring and discovering; scientific processes)
Dimensi ini beruhubungan dengan penggunaan proses-proses IPA untuk mempelajari bagaimana ahli IPA bekerja dan berpikir. Keterampilan yang harus diajarkan mencakup: mengamati, mendeskripsikan, mengklasifikasi dan mengorganisasikan, mengkomunikasikan, berhipotesis, menguji hipotesis, menginterpretasikan data, penggunaan keterampilan psikomotor, dsb.
3.    Imaginasi dan kreativitas
Dimensi ini berhubungan dengan kemampuan memvisualisasikan atau menghasilkan gambaran mental, mengkombinasikan objek dan gagasan dengan cara-cara baru, memecahkan masalah dan teka-teki, menghasilkan ide/gagasan yang tidak biasa.
4.    Sikap dan nilai
Pengembangan kepekaan dan penghargaan kepada orang lain.
Mengekspresikan perasaan dengan cara yang konstruktif.
Mengambil keputusan dengan didasari oleh nilai-nilai individu, sosial, dan isuisu lingkungan.
5.    penerapan mampu mengidentifikasi hubungan konsep ipa dalam penggunaannya dengan kehidupan sehari-hari; memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi yang bekerja pada alat-alat rumah tangga; memahami dan menilai laporan-laporan  perkembangan ilmiah yang ditulis pada mass media.
Model pembelajaran IPA
Kita hidup pada abad di mana perkembangan sains sangat pesat. Dalam mengantisipasi perkembangan yang sangat pesat itu kita perlu memberikan perhatian yang besar terhadap perkembangan ini. Salah satu faktor yang perlu kita pertimbangkan adalah hubungan antara sains dan teknologi.
Sains dan teknologi saling melengkapi sangat erat satu dengan yang lainnya. Penemuan dalam sains memungkinkan pengembangan teknologi dengan  menyediakan instrumen yang baru lagi sehingga memungkinkan mengadakan observasi dan percobaan dalam sains. Hurd dalam tulisannya yang berjudul "A Rationale for Science, Technology, and Society Theme in Science Education", mengutip pendapat Price yang menyatakan Teknologi yang tinggi berdasarkan sains, sains modern ditunjang oleh penemuan teknologi (Hurd. 1985:98). Pada abad ke-20 ini, pengembangan sains sangat ditunjang teknologi (Fischer: 1975:77). Dengan demikian hendaknya perubahan pendidikan sains harus merefleksikan atau mengarahkan kepada hubungan antara sains dan teknologi dengan masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
1. Teknologi
Teknologi merupakan unsur yang ada juga di dalam STS. Secara etimologi, kata teknologi berasal dari dua kata  dari bahasa Yunani, yaitu kata techne dan logos. Techne artinya kiat (art) atau kerajinan (craft). Logos artinya kata-kata yang terorganisasi atau wacana ilmiah yang mempunyai makna. Fischer (1975) memberikan definisi tentang teknologi sebagai the totality of the means employed by peoples to provide material objects for human sustenance and comfort. Teknologi merupakan keseluruhan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengadakan benda agar memperoleh kenyamanan dan kelangsungan hidup bagi diri manusia itu sendiri.
2. Masyarakat
Masyarakat (Society) merupakan unsur berikutnya dari STS. Aikenhead (1991:10) memberikan batasan society is the social milieu. Society merupakan lingkungan pergaulan sosial serta kaedah-kaedah yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Ryan (1992: 59) menguraikan pengaruh sains dan teknologi terhadap masyarakat (society), yaitu dalam hal tanggung jawab sosial, kontribusi terhadap keputusan sosial, membentuk masalah sosial, penyelesaian masalah praktis dan sosial, serta kontribusi terhadap ekonomi, militer, dan berpikir sosial. Di samping itu masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi dalam hal: pengendalian dana, kebijakan, aktivitas sains, industri, militer, etika (dalam program penelitian), institusi pendidikan,
Dari uraian Ryan dapat diartikan masyarakat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sains dan teknologi, dengan demikian adanya interaksi, sedangkan Aikenhead menekankan masyarakat sebagai lingkungan pergaulan sosial termasuk nilai.
Yager (1992:20) menyatakan definisi STS (Science Technology Society) menurut NSTA (National Science Teachers Association) dalam jurnal Science International sebagai belajar dan mengajar mengenai sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Sebelas ciri-ciri yang diajukan NSTA dalam memberikan pendekatan STS dalam mengajar, yaitu sebagai berikut:
1.    Peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya dan dampaknya.
2.    Menggunakan sumber-sumber setempat (narasumber dan bahan-bahan) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
3.    Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.
4.    Perluasan untuk terjadinya belajar melebihi periode, kelas, dan sekolah.
5.    Memusatkan pada pengaruh sains dan teknologi kepada individu peserta didik.
6.    Pandangan mengenai sains sebagai content lebih dari sekedar yang hanya berisi konsep-konsep dan untuk menyelesaikan ujian.
7.    Penekanan keterampilan proses sains, agar dapat digunakan oleh peserta didik dalam mencari solusi terhadap masalahnya.
8.    Penekanan kepada kesadaran mengenai karier (career), khususnya karier yang berhubungan dengan sains dan teknologi.
9.    Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan dalam bermasyarakat sebagai usaha untuk memecahkan kembali masalah-masalah yang diidentifikasikannya.
10.  Menentukan proses (ways) sains dan teknologi yang mempengaruhi masa depan.
11.  Sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar (sebagai masalah individu).
 Untuk melihat lebih jauh mengenai beberapa unit STS yang telah dikembangkan, diadakanlah survei baik terhadap guru maupun terhadap peserta didik. Kesesuaian strategi belajar/mengajar dengan pendekatan STS, dari 315 guru diperoleh hasil sebagai berikut: sangat sesuai (15%), sesuai (63%), agak tidak keberatan (15,5%), sangat keberatan (2,0%), tidak ada pendapat (4,0%). Jawaban dari 1949 peserta didik terhadap kebermaknaan unit tersebut bagi dirinya, yang menyatakan ya 68,0% sedangkan yang menyatakan tidak 32,0 %. Salah satu kementar peserta didik tentang unit STS ini, antara lain diskusi terhadap masalah yang sedang terjadi sangat berguna, bernilai, dan menyenangkan, serta seharusnya juga demikian untuk unit yang akan datang (Lenton, 1991: 12, 16).
Dari data di atas dapat kita tafsirkan, rata-rata respon guru terhadap kesesuaian strategi belajar-mengajar menggunakan bahan STS, yaitu terletak pada skor 2,8 untuk skala 4. Dalam hal ini sangat sesuai bobotnya 4, sesuai bobotnya 3, agak tidak keberatan bobotnya 2, dan sangat keberatan bobotnya 1. Skor 2,8 terletak di antara sesuai dan agak tidak keberatan, lebih dekat ke sesuai. Hal ini menunjukkan, guru merasa cendrung sesuai terhadap pendekatan pembelajaran menggunakan STS.
Uji coba yang dilakukan PPPPTK IPA dari dari beberapa unit STS, satu di antaranya adalah topik Makanan, terhadap 233 peserta didik diperoleh tanggapan peserta didik, antara lain sebagai berikut (Laporan Uji Coba Unit STS, 1992: 2223). Peserta didik yang menyatakan senang belajar dengan pendekatan STS, adalah 94%. Alasan menyatakan senang, antara lain: topik yang dibahas lebih dipahami dan lebih jelas; menyangkut kegiatan sehari-hari; dan lebih banyak belajar dan berpikir lebih luas.
Jumlah peserta didik yang menyatakan tidak senang belajar topik tersebut dengan pendekatan STS, adalah 6%. Alasannya, antara lain: terlalu bertele-tele, menghamburkan waktu, dan membosankan.
Dari data yang diperoleh dalam ujicoba sebagian besar peserta didik merasa senang mempelajari topik pembelajaran Makanan dengan pendekatan STS (94% dan hanya sebagian kecil (6%) yang menyatakan tidak senang mempelajari topik tersebut di atas dengan pendekatan STS.

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
Proses pembelajaran IPA lebih ditekankan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Modul Hakikat Pendidikan IPA





Komentar

Postingan populer dari blog ini